Jumat, 21 Agustus 2009

Video Karnaval HUTRI Ke 64 di Sungailiat


Video Karnaval HUTRI Ke 64 di Sungailiat
SD Negeri 24 Sungailiat

Galeri






Tari Sambut
Arie Pratama, Defia Fransiska, Marthalia, Yulia, Defita, Defiana, dan Handi Jovian


Tari Mendulang Timah


Supra dan ...



Reynaldi dan Distrini Oktariani


Pakaian Adat


Karnafal SDN 24 Sungailiat
Pembawa Bendera Curniasih dan Ervira


Latif Sudirman dan Seren


Apriliani dan Suryadi


Afdhal Ihza Mahendra dan Melinda Via Ambarwati


Sabtu, 15 Agustus 2009

Mengajar Matematika Tidak Cukup Hafal Rumus

Mengajar Matematika Tidak Cukup Hafal Rumus

By Republika Newsroom
Kamis, 23 Juli 2009 pukul 18:43:00
Font Size A A A
Email EMAIL
Print PRINT
Facebook
Bookmark and Share

MEDAN -- Mengajar siswa agar paham matematika tidak cukup hanya dengan memberikan hafalan rumus-rumus, karena metode seperti itu hanya akan menghilangkan kesempatan mereka untuk berlatih berpikir. Ketua Program Studi Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Josua Sabandar, di Medan, Kamis (23/7) mengatakan, belajar matematika berkaitan erat dengan aktivitas dan proses belajar berpikir.

Hal itu, menurut dia, berkaitan erat dengan karakteristik matematika sebagai suatu ilmu sekaligus human activity, yakni matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat. Karenanya, kata dia, tanpa meningkatkan dan mengandalkan pembelajaran matematika yang berkualitas dengan menuntun siswa mau berpikir akan sangat sulit mencapai kemampuan berpikir demi menghasilkan sebuah prestasi belajar matematika yang baik.


Intinya, proses pembelajaran matematika tidak cukup hanya memberikan hafalan rumus-rumus pada anak didik, tapi harus lebih dari itu, dengan memberikan soal-soal yang mampu membuat siswa berpikir secara logis. Menurut dia, aktivitas dan proses berpikir akan terjadi apabila seorang individu berhadapan dengan suatu masalah yang mendesak dan menantang, sehingga memicunya untuk berpikir demi memperoleh kejelasan dan solusi terhadap masalah yang dihadapinya.

Dia menuturkan, secara umum ada beberapa alasan yang berkaitan dengan pentingnya kehadiran proses berpikir dalam proses pembelajaran matematika yang dapat menjadi pedoman dalam memunculkan jawaban terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa. Ia mencontohkan dengan menambah kurikulum yang dapat memicu daya nalar siswa sehingga dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dan mampu menjawab permasalahan yang dihadapinya.

Selain itu, pentingnya kehadiran proses berpikir juga dilatarbelakangi perubahan pandangan mengenai tujuan pendidikan, di mana kemampuan berpikir harus menjadi tujuan yang penting dan utama dalam proses pembelajaran. Begitu juga fakta yang memaparkan bahwa pembelajaran yang monoton dengan cara tradisional tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara optimal. "Dewasa ini terdapat pandangan bahwa proses berpikir yang baik akan mengantarkan seseorang pada pemahaman yang lebih mendalam di berbagai disiplin ilmu. Inilah mengapa matematika sangat penting karena melibatkan proses berpikir," katanya.ant/bur

Mengajar Matematika Tidak Cukup Hafal Ru

Mengajar Matematika Tidak Cukup Hafal Ru

um

s

By Republika Newsroom
Kamis, 23 Juli 2009 pukul 18:43:00
Font Size A A A
Email EMAIL
Print PRINT
Facebook
Bookmark and Share

MEDAN -- Mengajar siswa agar paham matematika tidak cukup hanya dengan memberikan hafalan rumus-rumus, karena metode seperti itu hanya akan menghilangkan kesempatan mereka untuk berlatih berpikir. Ketua Program Studi Pendidikan Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung, Josua Sabandar, di Medan, Kamis (23/7) mengatakan, belajar matematika berkaitan erat dengan aktivitas dan proses belajar berpikir.

Hal itu, menurut dia, berkaitan erat dengan karakteristik matematika sebagai suatu ilmu sekaligus human activity, yakni matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat. Karenanya, kata dia, tanpa meningkatkan dan mengandalkan pembelajaran matematika yang berkualitas dengan menuntun siswa mau berpikir akan sangat sulit mencapai kemampuan berpikir demi menghasilkan sebuah prestasi belajar matematika yang baik.


Intinya, proses pembelajaran matematika tidak cukup hanya memberikan hafalan rumus-rumus pada anak didik, tapi harus lebih dari itu, dengan memberikan soal-soal yang mampu membuat siswa berpikir secara logis. Menurut dia, aktivitas dan proses berpikir akan terjadi apabila seorang individu berhadapan dengan suatu masalah yang mendesak dan menantang, sehingga memicunya untuk berpikir demi memperoleh kejelasan dan solusi terhadap masalah yang dihadapinya.

Dia menuturkan, secara umum ada beberapa alasan yang berkaitan dengan pentingnya kehadiran proses berpikir dalam proses pembelajaran matematika yang dapat menjadi pedoman dalam memunculkan jawaban terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa. Ia mencontohkan dengan menambah kurikulum yang dapat memicu daya nalar siswa sehingga dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dan mampu menjawab permasalahan yang dihadapinya.

Selain itu, pentingnya kehadiran proses berpikir juga dilatarbelakangi perubahan pandangan mengenai tujuan pendidikan, di mana kemampuan berpikir harus menjadi tujuan yang penting dan utama dalam proses pembelajaran. Begitu juga fakta yang memaparkan bahwa pembelajaran yang monoton dengan cara tradisional tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara optimal. "Dewasa ini terdapat pandangan bahwa proses berpikir yang baik akan mengantarkan seseorang pada pemahaman yang lebih mendalam di berbagai disiplin ilmu. Inilah mengapa matematika sangat penting karena melibatkan proses berpikir," katanya.ant/bur

Lomba Bercerita: Tumbuhkan Minat Baca

» Bahasa Indonesia English version
Pengunjung Online : 16 Anda pengunjung ke 381.796
Sejak 23 Muharam 1430
( 20 Januari 2009 )
Minggu, 16 Agustus 2009
Beranda » Berita » Lomba Bercerita: Tumbuhkan Minat Baca
27 Juni 2009 09:41

Lomba Bercerita: Tumbuhkan Minat Baca

Lomba Bercerita: Tumbuhkan Minat Baca

Sungailiat, Babel - Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bangka, Selasa (23/6) kemarin mengelar lomba bercerita sejarah dan pahlawan nasional untuk menyeleksi siswa sekolah dasar. Para siswa yang lolos seleksi ini akan bertanding dalam lomba bercerita tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 14 hingga 15 Juli nanti di Pangkalpinang.

Lomba bercerita ini diikuti sebanyak 15 peserta dari SDN 3, SDN 24, SDN 1 dan SDN 10 Sungailiat.

Menurut Kepala Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bangka Arpani melalui Kasubag TI Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bangka Nur Yasin, lomba bercerita ini bertujuan menarik minat baca anak sekolah dasar. Selain itu kegiatan ini juga dilakukan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme pada anak sejak dini agar anak mengetahui sejarah dan pahlawan nasional.

“Kami mendapat surat dari Perpustakaan RI, untuk mengadakan seleksi lomba bercerita tingkat sekolah dasar untuk ke tingkat nasional. Hasil seleksi ini nanti akan mengikuti lomba di tingkat provinsi,” jelas Nur Yasin kepada wartawan saat ditemui di Kantor Perpustakaan dan Kearsipakan Kabupaten Bangka.

Dari 15 peserta ini akan disaring lima peserta untuk mewakili Kabupaten Bangka bertanding di tingkat provinsi.

“Nanti yang diikutsertakan juara satu, dua dan tiga,” jelas Nur Yasin.

Hasil seleksi lomba bercerita ini menurutnya akan dibina Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Nasional sebelum bertanding di tingkat provinsi.

“Anak-anak yang berhasil masuk seleksi ini juga tetap dibina guru sekolah mereka masing-masing,” ujar Nur Yasin.

Sementara itu, Saipul siswa SDN 3 Sungailiat yang mengikuti seleksi lomba bercerita mengaku, baru pertama kali mengikuti lomba bercerita.

“Baru pertama ni lah ikut. Ku dibimbing bu guru,” kata Saipul yang membawakan cerita pahlawan nasional Supriadi.

Ia berharap bisa menjadi juara dalam lomba bercerita ini sehingga bisa bertanding di tingkat provinsi.(chy)

Sumber : http://cetak.bangkapos.com/ (Kamis, 24 Juni 2009)
Kredit foto : http://ceritarakyatnusantara.com/

Dibaca 108 kali
^^ Kembali ke atas

Berita terkait

23 Juli 2009 09:59

Gempita Fantasi Anak Digelar

Bookmark and Share

Ajarkan Anak Hidup Seimbang

Ajarkan Anak Hidup Seimbang

By Republika Newsroom
Kamis, 16 Juli 2009 pukul 13:33:00
Font Size A A A
Email EMAIL
Print PRINT
Facebook
Bookmark and Share
Ajarkan Anak Hidup Seimbang DOK REPUBLIKA

BERLEBIHAN: Menonton televisi yang berlebihan pada anak bisa menimbulkan berbagai dampak buruk dari sisi psikologis dan kesehatan. Dikhawatirkan hal itu juga memicu seks dini ketika menginjak remaja.

Kemajuan teknologi seringkali membawai pengaruh pada kehidupan sosial manusia di seluruh dunia, tak terkecuali anak-anak. Kini tak jarang, tampak anak-anak yang hanya asyik menonton televisi atau bermain video games seharian didalam rumah.

Padahal kegiatan yang tidak bervariasi semacam itu bisa memicu ketidakseimbangan hubungan sosial anak dengan lingkungan sekitarnya, bahkan bisa memicu kelebihan berat badan akibat kurangnya aktivitas fisik.

Keseimbangan merupakan hal penting yang harus diajarkan pada anak-anak semenjak dini. Menurut Konselor kolom Parenting pada Islamonline.net, Abdul-Lateef Abdulah, orangtua perlu menggunakan beragam kombinasi dari larangan dan aturan terutama hal yang berkaitan dengan hal-hal seperti televisi dan komputer.

Hal itu perlu dilakukan mengingat, perlunya menyediakan anak-anak sarana agar mereka memperoleh ide, motivasi dan contoh bagaimana melakukan aktivitas yang lebih sehat. Anak-anak akan belajar dari contoh dan jika mereka tertarik, bukan tak mungkim mereka juga akan melakukan hal yang sama. Terutama jika orangtua mendukung mereka untuk melakukannya.

"Insya Allah anak-anak akan merasa tertarik yang sama jika orangtua mengenalkan sekaligus mendukung mereka untuk kegiatan yang lebih sehat," ujar Abdullah.

Pada saat anak sudah tertarik terhadap hal-hal tertentu atau berada dalam pola tertentu memang sulit untuk diubah. Biasanya yang terjadi pada orangtua yang tidak pernah menerapkan aturan dan batas yaitu ketika anak-anak sudah merasa nyaman dengan kegiatan seperti menonton televisi atau main video games sesukanya. Saat itu lah orangtua biasanya baru tersadar, anaknya memiliki masalah.

Pada tingkat itu, memang agak sulit mengatasinya karena anak-anak sudah memiliki pola yang dilakukannya setiap hari. Tak heran jika kemudian orangtua dan anak bertengkar saat orangtua mencoba memisahkan anak dari kegiatan tersebut.

Menurut Abdullah, hal pertama yang perlu dilakukan orangtua dalam kondisi tersebut yaitu membuat anak tertarik dengan kegiatan diluar ruangan. Yakinkan kegiatan itu bisa sama menyenangkan dengan kegiatan yang biasa dilakukannya. Anak-anak usia tujuh tahun ke atas membutuhkan disiplin untuk hal-hal semacam itu.

"Saya percaya sangat penting untuk menetapkan batasan pada anak dan berpegang pada batasan itu. Contohnya, orangtua bisa memberi batas dua jam per hari pada anak untuk bermain video game. Jangan pernah memberi kelonggaran," terang Abdullah. Jika anak tidak disiplin, dikhawatirkan dapat menimbulkan perilaku yang tidak lagi dapat diperbaiki nantinya.

Disiplin Diri

Dia menuturkan, saat ini tren yang terjadi adalah orangtua terlalu memanjakan anak dengan menyediakan hiburan virtual tanpa disiplin. Banyak orangtua yang tidak menyadari, hal itu dapat memicu permasalahan serius.

Tanpa prilaku disiplin maka akan sulit bagi anak untuk belajar mengenai disiplin diri nantinya. Padahal cara hidup yang diajarkan islam adalah menerapkan disipin diri.

"Bagaimana kita bisa mengharapkan anak-anak untuk mengatur diri dan perilaku mereka jika orangtua tidak mengajarkan batasan sejak dini? Anak-anak perlu mempelajari batasan yang pantas dan mengapa hal itu sangat penting bagi mereka. Orangtua juga perlu mengajarkan, keseimbangan merupakan hal penting dalam kehidupan," jelasnya.

Abdullah juga menambahkan, orangtua jangan sampai menganggap remeh kemampuan anak untuk memahami permasalahan semacam itu. Anak-anak bisa mengerti cukup baik ketika orangtua menjelaskan hal itu sesuai dengan usianya.

Tantangan bagi orangtua adalah berusaha mengajarkan anak-anak mengenai apa yang mereka bisa atau tidak bisa lakukan dengan batasan-batasannya. Misalnya, sedikit bermain video games dan lebih banyak bermain di luar ruangan.

"Jika kita menghormati anak-anak sebagai manusia seutuhnya dan bertanggungjawab untuk mengajarkan disiplin pada mereka sewajarnya dan mendidik mereka dalam proses tersebut, Insya Allah mereka akan tumbuh sebagai individu yang berperilaku baik dan seimbang dalam hidup," jelasnya.

Bagi orangtua yang ingin mengarahkan anak-anaknya terhadap aktivitas tertentu yang menarik, maka sisihkan waktu dengan seluruh anggota keluarga untuk melakukannya. Memberikan contoh yang baik merupakan bagian paling efektif dari mendidik. (rin)

Mengenalkan Bahaya Narkoba Sejak Dini

Mengenalkan Bahaya Narkoba Sejak Dini

By Republika Newsroom
Rabu, 29 Juli 2009 pukul 19:53:00
Font Size A A A
Email EMAIL
Print PRINT
Facebook
Bookmark and Share
Mengenalkan Bahaya Narkoba Sejak DiniCORBIS.COM

AKTIF: Beri anak kesempatan untuk menyalurkan energi dengan aktivitas yang tepat. Di dalam maupun luar ruangan. Maanfaatkan masa perkembangan emasnya secara optimal.

Akbar Ridho Filal (11 tahun) tiba-tiba gabung dalam kelompok wartawan. Siswa kelas VI SD As-Salam ini ikut mewawancarai Kepala Lembaga Pemasyarakatan Banceuy, Ilham Djaya di aula LP Banceuy, Jalan Soekarno Hatta Bandung. Di sela-sela pertanyaan wartawan, anak berkaca mata ini dengan lantang menyampaikan beberapa pertanyaan.

Pertama, jika ada orang yang terkena narkoba, apa langkah pertama yang dilakukan LP Banceuy. Kedua, berapa jumlah napi di LP Banceuy. Ketiga, apa saja kegiatan napi di Banceuy dan pertanyaan lainnya.

Pertanyaan tersebut dijawab satu per satu oleh Ilham. Bagi orang dewasa, pertanyaan tersebut sangat biasa. Namun bagi anak seusia Akbar, hal itu jarang terjadi. Keingintahuan anak bertubuh kurus ini tentang pengguna narkoba sangat besar. Apalagi selama ini ia lebih banyak menerima informasi sepihak tentang narkoba dari televisi. Pertanyaan yang muncul dalam kepalanya belum terjawab.

Akbar merupakan salah satu siswa rombongan SD As-Salam Bandung. Untuk pertama kalinya di Kota Bandung, anak SD melakukan study tour ke LP. Ide ini memang cukup gila. Biasanya study tour dilakukan ke tempat wisata atau museum namun sejumlah guru mengusulkan LP Banceuy. Meski terkesan aneh, rencana itupun tetap dijalankan. Rabu (29/7), sebanyak 159 siswa kelas VI SD As-Salam ditemani 15 guru berkunjung ke LP Banceuy.

Alhasil, pemandangan LP Banceuy Rabu itu berubah. Ratusan anak berseragam putih merah tiba di LP pukul 09.15 WIB dan memasuki aula LP. Wajah ratusan anak tersebut memperlihatkan kesan yang berbeda terhadap penjara. Ada anak yang selalu sumringah, celingak-celinguk, cemas, ada juga yang sibuk mengobrol dengan teman-temannya.

‘’Saya senang bisa berkunjung ke LP, jadi bisa tahu apa isinya,’’ ungkap Akbar. Perkiraannya selama ini tentang penjara tidak jauh beda. Di dalam penjara, banyak orang bertato dengan tubuh yang besar. Namun bedanya, mereka ternyata baik. Walaupun ia mengaku takut jika hanya berduaan dengan napi tersebut.

Tak hanya berkunjung. Ratusan anak mendengarkan cerita Kepala LP Banceuy dan volunteer

Salah satu guru SD As-Salam, Eti Nurmayati mengatakan salah satu tujuan outing class adalah untuk mencegah anak-anak menggunakan narkoba sejak dini. Selama ini, iklan narkoba sangat marak di televisi. Rupanya, hal tersebut malah berpotensi meningkatkan keingintahuan anak pada narkoba.

Selain itu, kegiatan outing ini bagus untuk mendidik disiplin dan pengenalan lingkungan terhadap siswa. Disiplin, sambung Eti, tidak hanya didapat atau diaplikasikan di sekolah dan rumah saja. anak-anak harus bisa mengaplikasikannya di lingkungan sekitar termasuk LP.

Kepala LP Banceuy, Ilham Djaya menyambut positif kegiatan tersebut. Pihaknya terbuka kepada siapapun yang ingin berbagi tentang bahayanya narkoba. Dengan demikian, ia berharap jumlah napi bisa berkurang.

Saat ini, jumlah napi di Banceuy mencapai 1.060 orang, sedangkan kapasitas gedung hanya untuk 450 orang. ‘’Memerangi narkoba ini tanggung jawab kita semua,’’ cetus dia. ren/eye
tentang bahaya narkoba. Anak-anak inipun bisa langsung mengobrol dengan perwakilan napi baru dan lama.

SD Negeri 24 Sungailiat Bangka